Menjelang Isya santriwati Pondok Pesantren An-Nuur Maron Purworejo berlalu lalang di sekitaran ndalem KHR. Mahfudz Chamid. Seperti suasana khas pesantren pada umunya, para santri membawa kitab dan menunduk khusuk ketika ada beberapa tamu yang lewat, termasuk kepada Tim Media Ansor yang malam itu beranggotakan 7 personil. Tim Media memang memiliki niatan khusus sowan dengan beliau yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Dizikir dan Sholawat Rijaalul Ansor Pimpinan Pusat GP Ansor.
Tim Media memang datang lebih awal. Tak seperti kegiatan rapat-rapat NU yang sering terlambat, urusan sowan kyai kader NU memang sangat tepat waktu. Jadilah kami ber tujuh datang setengah jam lebih awal dari waktu yang di janjikan. Sembari menunggu, sayup-sayup terdengar Gus Mahfudz sedang memberikan pengajian kepada para santrwatinya di lantai dua. Setengah jaman kemudian barulah Gus Mahfudz yang menemui tim media Ansor dan mulai membincangkan banyak hal terkait perkembangan Ansor, baik di daerah maupun di tingkatan pusat. Tak aneh memang, karena sebelum menjadi Ketua Rijaalul Ansor Pimpinan Pusat, Gus Mahfudz juga aktif di kepengurusan Cabang dan Wilayah. Bahkan, beliau pernah menjabat sebagai Ketua PC GP Ansor Periode 2010 – 2014.
Setidaknya ada 6 pesan yang kita tangkap dari dawuh-dawuhnya.
Modal Kekompakan
“Modal utama sebuah kepengurusan adalah kekompakan”, begitu beliau membuka. Apalagi kepengurusan yang didominasi anak-anak muda, saya khusnudlon bahwa kepengurusan Ansor akan sangat kreatif dan memiliki banyak inovasi. Namun, perlu digaris bawahi bahwa di tahap paling awal adalah menyatukan visi dan misi agar dalam bergerak bisa kompak.
Banyak organisasi yang semangat di awal kemudian kehabisan bensin di tengah jalan karena berbagai permasalahan internal. Sudah bagus-bagus di awal, eh karena tidak ada komitmen yang kuat untuk menjaga kekompakan, akhirnya jadi repot di tengah atau dibelakang. Banyak hal yang dapat merusak kekompakan, diantaranya karena tidak saling memahami antar satu pengurus dengan yang lainnya.
“Semangat boleh, namun selalu lihat kanan kiri.”, terang beliau.
Semua Orang Punya Hak Dan Tanggung Jawab Untuk Berperan
Harus digaris bawahi, Ansor adalah sebuah organisasi. Artinya, Ansor tidak milik satu dua orang tapi dihimpun dari banyak orang, banyak kepala, banyak ide dan lain sebagainya. Dalam kita berorganisasi harus secara dewasa. Di satu sisi, ada garis komando yang memiliki ujung pada Ketua. Ini untuk menciptakan keteraturan. Namun keteraturan tidak berarti kediktatoran. Di sisi yang lain ketua juga harus pandai memberi ruang yang seluas-luasnya kepada kader untuk berperan. Jangan sampai kader merasa tidak dibutuhkan dan hanya menjadi pengikut. Jika sudah seperti ini, yang repot nanti juga ketua atau para pimpinan organisasi sendiri. Lama kelamaan semua beban akan tertumpu pada ketua saja atau sekretaris saja, misalnya.
Nah, disinilah dibutuhkan seni memimpin sebuah organisasi. Pandai memetakan potensi kader dan pandai memberikan ruang agar semuanya dapat berkembang. Kader berkembang organisasi juga berkembang.
Organisasi tidak boleh memiliki kecendurungan kepada seseorang, apalagi kecenderungunnya pada satu sosok di luar organisasi. Kepentingan tertinggi ya kepentingan organisasi. Dibesarkan bersama-sama oleh semua kader yang ada.
Meracik Potensi Lintas Generasi
Selain terdiri dari berbagai latar belakang, Ansor ini juga himpunan dari kader-kader lintas generasi. Sebagai bagian nahdliyyin kita sudah tak asing dengan “Al Muchafadlotu ‘ala Qodimis Solih,wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah”. Artinya, mempertahankan hal-hal lama yang baik dan melakukan inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan Nahdlatul Ulama dapat terus berkembang di tengah tantangan zaman. Tidak tergerus zaman, namun juga tidak tertinggal oleh zaman. Kuncinya adalah sinergitas yang baik antara kaum muda dengan kaum tua.
Silahkan yang muda banyak melakukan inovasi namun tetap memperhatikan nilai-nilai lama. Banyak-banyak sowan kepada sesepuh, pembina atau yang lainnya agar wawasan kita menjadi lengkap. Setiap khasanah dan potensi yang ada silahkan diracik dengan baik untuk menghasilkan terobosan yang bermanfaat.
Tafaqquh Fid Dien
Hari ini gerakan pada aspek ‘sosial’ kader-kader Ansor dan Banser sudah sangat baik. Tak perlu kita ragukan lagi, militasi kader-kader Ansor dalam berbagai kegiatan sosial seperti penanggulangan banjir, dropping air ke tempat yang kekeringan dan lain sebagainya. Tapi perlu digaris bawahi juga, sebagai bagian integral dari Nahdlatul Ulama, kita juga terhubung langsung dengan para ulama. NU adalah organisasi yang dapat menghantarkan keberkahan di dunia dan juga di akherat. Sudah sepantasnya ktia juga tidak melupakan urusan-urusan yang bersifat ketuhanan.
Disini peran MDSRA menjadi penting. Agar, segala gerakan Ansor memiliki keseimbangan yang baik. Jika memiliki keseimbangan, insyaAlloh kita akan bisa terus melaju kedepan dengan selamat.
“Man kana yuridu hartsal-akhiroti, nazid lahu fi hartsih. Wa man kana yuridu hartsad-dun-ya nu’tihi minha wa ma lahu fil-akhiroti min nashib”
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami tambahkan kepadanya sebagian dari (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat. (QS 42 Surah Asy Syuro ayat 20)
Banyak diantara kader kita yang berdebat memakai qunut atau tidak, tapi tidak sholat Subuh. Hal ini kan sejatinya lebih parah. Untuk itu, mari kita selalu berusaha meningkatakan kadar iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, agar dalam melakukan perjuangan selalu dipenuhi keberkahan.
Dakwah bil Hikmah
Sebagai kader Nahdlatul Ulama kita tidak boleh menjadi generasi tekstual saja. Banyaknya goro-goro yang berbalut agama di negeri ini, kebanykan dikarenakan pemimpin-pemimpin yang hanya melakukan pendekatan tekstual terhadap berbagai persoalan. Akhirnya, dalam berdakwah pun jadi terkesan memaksa-maksa dan merasa paling benar.
Sebagai organisasi keagamaan, Ansor pun mengemban amanat dakwah dan uswatun khasanah. Marilah berdakwah namun dengan cara-cara yang santun dan contoh-contoh yang nyata. Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, namun masalah hidayah tentu hak prerogatif Allah. Jangan sampai berfikir, saya ajarkan kebaikan sehingga mereka harus langsung baik. Ini sekan-akan malah Alloh bisa disetir oleh kemauan kita. Jangan. Berdakwah selain butuh ilmu yang cukup juga membutuhkan kesabaran. Maka, berjuang di Ansor juga menuntut kesabaran. Jangan mudah menyerah.
Menyusun Program Yang Mampu Menyentuh Masyarakat
Yang keenam, Ansor dan Banser harus menyusun program-program yang bisa dirasakan masyarakat. Apapun programnya, silahkan di pikirkan betul-betul impactnya sampai ke masyarakat atau tidak.
Menyusun program tidak selalu diukur dari besarnya biaya atau gebyarnya acara. Yang paling penting adalah manfaat atau impact setelahnya. Usahakan kegiatan-kegiatan Ansor bisa dirasakan di tingkatan terbawah sehingga terjalin silaturahim yang baik antara organisasi dan masyarakat.
Kepengurusan Ini Tidak Selamanya
Yang terakhir perlu kita sadari bahwa Ansor itu Khodimul Ummah. Menjadi pengurus Ansor juga tidak akan selama-lamanya. Sebab itu gunakan sebaik-baiknya waktu ini untuk berkhidmat kepada Ansor, Nahdlatul Ulama dan juga kepada umat.
Yang selanjutnya, terus mengkader karena pada saatnya nanti organisasi selalu butuh beregenerasi. Berikan contoh-contoh yang baik kepada pengurus-pengurus yang lebih muda atau tingkatan-tingkatan dibawahnya. Wajah Ansor hari ini yang akan dijadikan pertimbangan para generasi penerus dalam ngopeni Ansor beberapa tahun mendatang.
Tidak terasa sekitar satu setengah jam tim media mendapatkan banyak wejangan dari Gus Mahfudz. Beberapa saat kemudian muncul kang-kang santri dengan baki berisi makanan. Asap mengepul dari piring mie hangat yang disodorkan pada kami membuat semangat kami semakin membara.
“Sudah, sekarang makan dulu biar punya banyak tenaga. Pokoknya saya selalu mendukung perjuangan para kader Ansor. Jangan gampang putus asa, karena untuk mendapatkan akhir yang manis selalu dibutuhkan perjuangan. Berkah.. berkah…”, Gus Mahfudz memberikan semangat.
“Gih gus”, jawab serentak beberapa sahabat Ansor. Entah ini jawaban ‘gih’ atas berjuangnya atau ‘gih’ atas tawaran makannya, haha. Yang paling penting, dengan iringan doa para ulama dan kekompakan Ansor Purworejo semoga bisa terus memberikan yang terbaik kepada kader dan masyarakat. Aamiin.